Rabu, 28 Desember 2011

Waktu, Kesadaran, dan Pilih Hidup

OLEH Y. Lahajir*
MENGAPA sebagian besar orang bersuka cita bahkan merayakan pergantian tahun? Mengapa orang-orang saling mengucapkan “Selamat Tahun Baru”? Jawabannya dimulai dari dalam diri setiap orang. Pada saat pergantian tahun, tentu ada rasa gembira. Kita merasa bergembira karena kita masih hidup sampai dengan waktu pergantian tahun. Kita masih diperkenankan oleh Sang Pemberi Hidup untuk memasuki embrio waktu tahun yang baru. Itu berarti masih ada harapan. Kenyataan eksistensial semacam inilah yang menyebabkan orang bergembira pada pergantian tahun.
Ketika detik-detik pergantian tahun telah lewat, maka orang mulai memikirkan segala sesuatu ke depan, ke tahun yang baru tiba. Apa yang terjadi di depan sana, kita tidak tahu secara pasti. Kita hanya bisa meraba-raba Karena itulah, lantas rasa gembira dan sukacita tadi mulai bercampur dengan rasa was-was! Sebab itu kita saling peluk-memeluk, rangkul-merangkul, cium-mencium, saling mendoakan, dan berjabat tangan yang diiringi dengan ucapan “Selamat Tahun Baru”. Perilaku semacam ini  bermakna sebagai saling berharap dan berdoa, moga-moga jalan hidup kita senantiasa menuju ke arah kehidupan yang berbahagia di sepanjang tahun yang baru.
Dengan permenungan tentang makna ucapan “Selamat Tahun Baru” semacam ini, sebenarnya  kita hanya mau menghubungkan manusia dengan waktu, bahwa manusia itu sadar akan waktu. Manusia itu harus bermain dengan waktu, bukannya dipermainkan oleh waktu. Dengan begitu, maka kita justeru sudah menyentuh pertanyaan tentang makna hidup manusia sebagai manusia. Karena itu, permenungan semacam ini akhirnya bernada filsafati, artinya kita mesti bersentuhan dengan soal fundamental mengenai makna dan nilai hidup kemanusiaan kita dalam ruang dan waktu.
Makna dan nilai hidup kemanusiaan kita adalah persoalan kehausan atau kerinduan atau harapan kita sebagai manusia akan hidup yang bahagia. Binatang tidak memiliki kerinduan eksistensial semacam ini. Lalu apakah bahagia itu? Bahagia kita itu haruslah sesuai dengan kodrat rohani kemanusiaan kita. Bahwa bahagia kita itu hanya tercapai dalam persatuan kita dengan Tuhan. Bahwa persatuan kita dengan Tuhan ini harus sudah dicapai (pada prinsipnya) dalam hidup kita sejak di dunia ini. Bahwa segala barang duniawi kita dan hubungan kita dengan barang-barang kita  itu pun akan ada makna dan nilainya jika kita tempatkan dalam kerangka ideal cita-cita kita yang pokok itu tadi, yakni hubungan cinta kasih dengan Tuhan dan sesama.
Berdasarkan uraian tersebut, maka memang ada alasan yang mendasar bagi kita untuk saling memberikan ucapan “Selamat Tahun Baru”. Bahkan kalangan tertentu malahan merayakan pergantian tahun dan tahun baru ini secara meriah. Yang lain lagi melaksanakan ibadat keagamaan khusus untuk pergantian tahun dan tahun baru. Mengapa? Karena di satu sisi setiap orang haus akan hidup yang bahagia, namun di sisi lain terpendam pula rasa was-was dalam diri setiap orang akan perjalanan hidupnya di sepanjang tahun yang baru. Bagi saya, yang terpenting adalah doa pribadi dan doa keluarga di saat pergantian tahun semacam ini.  
Di tapal batas tahun yang lama dan tahun yang baru menjelang jam nol-nol, ada gunanya kita mengevaluasikan perjalanan hidup dan karya kita setahun yang lalu secara jujur, baik secara subjektif maupun objektif. Betolak dari evaluasi diri itu, kita mematok sasaran-sasaran hidup dan karya kita. Sasaran itu mencakup yang ideal dan yang realistis. Sasaran hidup yang hendak kita capai di tahun 2012. Sasaran-sasaran yang ideal diperlukan untuk mempertahankan motivasi idealisme kita, agar tetap hidup dan memberi semangat kerja keras kita di sepanjang tahun 2012. Sasaran-sasaran yang realistis juga perlu, mengingat banyak hal yang bisa menggagalkan sasaran-sasaran yang ideal tadi untuk terwujud secara maksimal.
David K. Hatch (2011) mengatakan bahwa orang yang mencari makna kehidupan adalah mereka yang telah membentuk pikirannya dan tindakannya untuk sebuah tujuan yang membuat hidup mereka paling bermakna.
Menurut tradisi China, tahun 2012 adalah tahun naga air. Untuk hal ini percaya atau tidak percaya, terserah Anda! Namun menurut tradisi ini, bahwa di tahun naga air (2012), shio yang bernasib baik adalah orang-orang yang bershio tikus, kelinci, naga dan ayam. Kemudian shio yang bernasib sedang (tidak baik dan tidak buruk) adalah shio kerbau, monyet, dan babi. Sedangkan shio yang bernasib buruk adalah macan, ular, kuda, kambing dan anjing.
Bagi saya kehidupan ini adalah anugerah Tuhan. Segala sesuatu yang baik dalam kehidupan ini berasal dari Tuhan. Sebaliknya segala sesuatu yang belum baik adalah semata-mata karena kelemahan kita sebagai makhluk ciptaannya.Yang terpenting adalah berdoa dan bekerja secara berimbang! Itulah kunci kesuksesan, prestasi dan rezeki dalam kehidupan kita.
Bunda Teresa dari Calcutta menasihatkan kita: “Peganglah erat-erat tangan Tuhan dan berjalanlah bersama-Nya di sepanjang jalan kehidupanmu di dunia ini...!” Artinya hanya bersama Tuhan, kita bisa! Bunda Teresa juga membesarkan semangat hidup kita dengan mengatakan: “Kita sendiri merasakan bahwa apa yang kita lakukan hanyalah setetes air di lautan. Padahal, laut akan berkurang airnya jika tidak ada tetesan itu.”
Etienne de Grellet (2011) menulis: “Aku akan melalui jalan kehidupan ini hanya sekali.// Karena itu, kebaikan apa pun yang dapat kulakukan.// Atau kemurahan hati sekecil apa pun yang dapat kutunjukkan kepada sesama manusia.?? Izinkan  aku melakukannya sekarang juga.// Izinkan aku untuk tidak menunda dan mengabaikannya.// Karena aku tidak akan melalui jalan ini lagi!”
Akhirnya, Selamat Tahun Baru 2012. Semoga para pembaca yang budiman berkelimpahan dalam kebijaksanaan, kesuksesan, prestasi dan rezeki di sepanjang tahun 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar