Sabtu, 16 Juli 2011

Kubar Layak Jadi Sentra Durian Unggulan

Kutai Barat (Kubar) dikenal sebagai penghasil  durian berbagai jenis. Seperti durian Ligit, Mawar, Buaya, Belimbing, Mentega, Bakul Emas dan Kuning. Tetapi tanaman durian tersebut pengembangannya belum intensif, dan masih diusahakan petani di lahan perkarangan bekas perladangan.
“Padahal  durian jenis Ligit dan Mawar yang  asli Kubar, yakni di Kecamatan Long Iram telah mendapat sertifikasi Kementerian Pertanian tahun 2002 sebagai varietas unggul. Hal inilah yang memacu kita untuk mengembangkan Kubar  sebagai sentra produksi durian,” kata Pembina Kelompok Pemerhati Durian Kecamatan Long Iram Hamsadi, Kamis (14/7) kemarin.
Hamsadi menambahkan, tanaman durian saat ini merupakan peninggalan nenek moyang yang tumbuh secara alamiah dengan bibit yang berasal dari perbanyakan biji. Petani harus menunggu 8 sampai 9 tahun dengan produktivitas baru mencapai 200 sampai 250 buah per pohon. Sedangkan tanaman yang berumur diatas 10 tahun produktivitasnya 400 sampai 600 buah per pohon.
Hamsadi menjelaskan,  sukses berkebun durian tak bisa  berangkat dari sekadar hobi. Harus  dibarengi  prinsip pengelolaan yang benar dengan menyusun perencanaan yang tepat mencakup beberapa faktor. Yaitu, lokasi, pola tanaman, bibit, pemeliharaan dan pengelolaan.
Lanjut Hamsadi, lokasi yang cocok untuk tanaman durian pada tanah dengan Ph 6-6,5 suhu udara 24 sampai 30 derajat celsius. Curah hujan minimal 2 ribu sampai 2.500 mili meter per tahun. Dengan ketinggian tempat 0-600 metel dari permukaan laut (dpl) serta intensitas cahaya matahari 60 sampai 80 persen.
“Untuk melakukan usaha budidaya durian yang berorientasi agrabisnis, teknologi tehnik okulasi atau sambung kulit/top working dapat di jadikan acuan karena sesuai dengan kultur budaya masyarakat. Agar lebih mudah, batang bawah ditanam terlebih dulu di kebun. Setelah tanaman berumur 1 sampai 2 tahun, barulah di lakukan penyambungan kulit dengan Top Working dan hasilnya baik.
Teknik ini memiliki beberapa kelebihan yaitu, tanaman tumbuh dan berkembang lebih cepat, mudah dan murah dalam pemeliharaannya, tidak memerlukan lindungan dan terakhir mampu beradaptasi dngan cepat.
Hamsadi berharap, agar tetap tidak mengesampingkan kultivar/bahan tanam unggul yang ada di daerah. Karena apabila selalu mendatangkan bibit unggul dari luar, sama saja menghilangkan keunggulan bibit unggul lokal.
“Kepada pemerintah, agar durian ini mendapat perhatian pengembangan, dan  menjadikan Kubar sebagai sentra produksi. Jika durian ini berkembang, akan  tercipta lapangan pekerjaan baru,” kata Hamsadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar