Senin, 25 Juli 2011

Tahun Lalu Lemah, Tahun Ini Bebas

Bupati Kubar Ismail Thomas tak ingin warganya menjadi langganan penyakit malaria. Ini setelah data ada 2.283 kasus penyakit malaria di Kubar pada 2010. Upaya mengatasi hal itu, Pemkab Kubar mencanangkan Kubar bebas dari endemis malaria.
“Kita akui penanganan kasus malaria di Kubar sebelum tahun 2010 sangat lemah karena keterbatasan obat-obatan,” kata Aliman, sekretaris Dinas Kesehatan (Diskes) Kubar, belum lama ini.
Namun, kata dia, tahun 2011 ini, stok obat-obatan untuk mengatasi penyakit malaria sudah cukup banyak di Diskes Kubar.
Program lainnya, dikatakan Kasi Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan pada Diskes Kubar, Junaidi, pihaknya juga sudah melatih 24 petugas pengelola program malaria dari 23 puskesmas dan RSUD Harapan Insan Sendawar (HIS), belum lama ini. Tujuan pelatihan ini mampu melakukan pengamatan dini malaria di puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka mencegah kejadian luar biasa (KLB) malaria.
Di samping itu, mampu menghasilkan informasi yang cepat dan akurat yang dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar penanggulangan malaria yang cepat dan tepat. Dapat mendeteksi KLB malaria secara dini. Serta mendapatkan tren penyakit malaria dari waktu ke waktu dan mendapatkan gambaran distribusi penyakit malaria menurut orang, tempat dan waktu.
Lebih jauh dikatakannya, salah satu peningkatan yang diberikan, yaitu, surveilans epidemiologi adalah berupa melakukan pengamatan terus menerus secara sistematik dan berkesinambungan dalam pengumpulan. Berikutnya, analisa dan interprestasi data kesehatan dalam upaya untuk mengurai dan memantau suatu peristiwa kesehatan agar dapat dilakukan penanggulangan yang efektif dan efisien.
Junaidi menyebutkan, tingginya malaria ini, salah satu penyebabnya adalah diagnosis malaria yang belum dilakukan secara konfirmasi pada daerah endemis malaria. Penegakan diagnosis malaria masih dilakukan secara klinis, sehingga pengobatan yang diberikan pun belum memuaskan.
Untuk meningkatkan mutu diagnosis malaria maka perlu dilakukan pemantapan sumberdaya manusia terutama tenaga mikroskopis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar